Pages

Sabtu, 15 Maret 2014

“IMPIAN” BUKAN LAGI SOAL “BERMIMPI”

Manusia telah dikodratkan untuk memiliki impian. Sebagai seorang khalifah di bumi, manusia diajarkan bagaimana bermimpi, bagaimana menjaga impian itu tetap ada, bagaimana mewujudkan impian itu atau yang paling penting menurutku adalah bagaimana bertahan dan berikhlas hati ketika kita GAGAL mewujudkan impian kita.

Seperti hari itu sekali lagi aku harus berdiri, memandang wajah-wajah para khalifah. Wajah penuh pengharapan terhadap impian- impian yang sedang dipikul. Aku melangkah dikoridor menuju ruang ujian. Langkahku aku mantapkan tentu saja agar aku tak ingin kelihatan lembek diantara orang-orang ini. Satu dua langkah hatiku mulai terasa tertekan, setiap mata yang melihatku mengintervensi mental dan pikiranku, yaa setiap mata itu adalah mata para petarung yang siap berperang dengan gagah berani. Aku sudah hafal mata-mata itu, mata yang ditempa oleh kesungguhan, kerja keras dan do’a yang kuat. Aku jadi bangga berada disitu diantara orang-orang ini, para “petarung impian” kata yang cukup keren bukan untuk menyebut mereka termasuk aku didalamnya. Satu-persatu aku tatap setiap wajah itu dari segi fisik mungkin kami memang berbeda, tapi kami punya tujuan yang sama yaitu lulus pada ujian hari itu. Hari itu pula aku dikepung oleh saudara-saudaraku dari seluruh Indonesia. Ini luar biasa. Orang Kalimantan? Ahh dia sedang berdiri disampingku, Sumatera? Maluku? Aku sudah berkenalan tadi di lorong, Jawa? Sudahlah jangan ditanya aku berada dipusatnya sekarang dan yang paling mencolok tentu saja adalah saudara timurku dipojok sana, “mutiara hitam”, mereka seolah dikucilkan atau memang mereka benar-benar dikucilkan, ohh ayolah kawan zaman sudah berubah tak ada lagi antipati-antipati untuk perbedaan ras, kita sama kawan! Hatiku tergerak untuk mendatanginya tapi sirene tanda ujian akan segera dimulai memotong keinginanku. Ahh sial.
Hari itu aku belajar satu hal, mimpi itu bukan lagi soal bermimpi, khususnya ini dalam hal pendidikan, aku adalah salah satunya yang merasakan bagaimana beratnya masuk ke jenjang yang lebih tinggi dalam pendidikan. Kau tahu kawan ujian sekarang bukan lagi soal ujian, TEST IS WAR! Yaa bagaimana hukum perang yang lemah akan kalah dan tentu saja yang kuat akan menguasai, aku ingatkan disini ini adalah perang yang berbeda kawan, kuatnya itu bukan hanya berarti kuat dalam tekad, kerja keras ataupun do’anya, kekuatan finansialpun juga ikut berperan bahkan menjadi yang paling dominan.
O iya satu hal, nama saudara timurku adalah Alberta.

Dan pada akhirnya aku kembali belum beruntung, aku gagal lulus ujian itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar