Manusia telah dikodratkan untuk memiliki impian. Sebagai
seorang khalifah di bumi, manusia diajarkan bagaimana bermimpi, bagaimana
menjaga impian itu tetap ada, bagaimana mewujudkan impian itu atau yang paling
penting menurutku adalah bagaimana bertahan dan berikhlas hati ketika kita
GAGAL mewujudkan impian kita.
Seperti hari itu sekali lagi aku harus berdiri, memandang
wajah-wajah para khalifah. Wajah penuh pengharapan terhadap impian- impian yang
sedang dipikul. Aku melangkah dikoridor menuju ruang ujian. Langkahku aku
mantapkan tentu saja agar aku tak ingin kelihatan lembek diantara orang-orang
ini. Satu dua langkah hatiku mulai terasa tertekan, setiap mata yang melihatku
mengintervensi mental dan pikiranku, yaa setiap mata itu adalah mata para
petarung yang siap berperang dengan gagah berani. Aku sudah hafal mata-mata
itu, mata yang ditempa oleh kesungguhan, kerja keras dan do’a yang kuat. Aku
jadi bangga berada disitu diantara orang-orang ini, para “petarung impian” kata
yang cukup keren bukan untuk menyebut mereka termasuk aku didalamnya.
Satu-persatu aku tatap setiap wajah itu dari segi fisik mungkin kami memang
berbeda, tapi kami punya tujuan yang sama yaitu lulus pada ujian hari itu. Hari
itu pula aku dikepung oleh saudara-saudaraku dari seluruh Indonesia. Ini luar
biasa. Orang Kalimantan? Ahh dia sedang berdiri disampingku, Sumatera? Maluku?
Aku sudah berkenalan tadi di lorong, Jawa? Sudahlah jangan ditanya aku berada
dipusatnya sekarang dan yang paling mencolok tentu saja adalah saudara timurku
dipojok sana, “mutiara hitam”, mereka seolah dikucilkan atau memang mereka
benar-benar dikucilkan, ohh ayolah kawan zaman sudah berubah tak ada lagi
antipati-antipati untuk perbedaan ras, kita sama kawan! Hatiku tergerak untuk
mendatanginya tapi sirene tanda ujian akan segera dimulai memotong keinginanku.
Ahh sial.
Hari itu aku belajar satu hal, mimpi itu bukan lagi
soal bermimpi, khususnya ini dalam hal pendidikan, aku adalah salah satunya
yang merasakan bagaimana beratnya masuk ke jenjang yang lebih tinggi dalam
pendidikan. Kau tahu kawan ujian sekarang bukan lagi soal ujian, TEST IS WAR!
Yaa bagaimana hukum perang yang lemah akan kalah dan tentu saja yang kuat akan
menguasai, aku ingatkan disini ini adalah perang yang berbeda kawan, kuatnya
itu bukan hanya berarti kuat dalam tekad, kerja keras ataupun do’anya, kekuatan
finansialpun juga ikut berperan bahkan menjadi yang paling dominan.
O iya satu hal, nama saudara timurku adalah Alberta.
Dan
pada akhirnya aku kembali belum beruntung, aku gagal lulus ujian itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar