Pages

Rabu, 09 April 2014

Titik

Gambarnya dari sini
“Titik, berarti dua hal: berhenti atau mulai lagi, terserah kau memilih yang mana karena hidup selalu memberikan pilihan.”

Titik ya?
Sejauh apa titik kehidupan yang sudah kita raih?
Sejauh garis kehidupan yang kita jalani.
Aku tak mencoba menggurui hanya sekedar memberikan pandanganku, toh jika kalian tak suka, kalian tinggal mengalihkan pandangan, beres.

Titik ya?
Sebenarnya aku tak terlalu suka dengan dia, egois, tak berperasaan, sendiri. Ahh tapi untuk sifatnya yang terakhir aku suka. Tapi apa salahnya membahas hal yang tidak disuka toh banyak orang yang membicarakan hal yang tidak disukai terutama dari diri orang lain. Manusia manusia.

Hanya saja waktu, lagi lagi waktu mungkin kapan-kapan aku akan membahasnya, ya waktu yang membuka pikiranku bahwa titik tak seburuk luarnya, pernah dengar ungkapan “jangan lihat buku dari sampulnya” ungkapan paling sengsara dibumi. Sejak kapan kau boleh membuka-buka buku yang belum kamu beli?.

Aku bukan orang yang mau berhenti sejenak atau terlalu lama berhenti. Tak efisien, itulah jawabannya jika kau tanya mengapa? Bayangkan jika kau adalah mesin, energi terbanyak akan terbuang ketika kau melakukan awalan, begitu juga jika kita analogikan itu dalam hidup, kita hanya membuang-buang waktu jika terlalu banyak berhenti, waktu tak pernah menunggu. Makanya aku tak suka titik, titik memaksa kita untuk berhenti dan mengambil jeda sesaat kemudian kita disuruh memulai lagi atau mungkin disaat itu kita berhenti dan tak bisa memulai lagi karena disitulah akhirnya. Setidaknya itu yang bisa aku artikan mengenai titik, agak mirip aturan dalam membaca memang. Dalam hidup berarti kita disuruh berhenti sesaat dan kemudian memulai lagi, tapi ini bukan pelajaran membaca kawan, ini hidup. Hidup punya aturan kawan dan pengaturnya adalah tuhan dan waktu, tuhan selalu mengerti kita tapi waktu tidak. Ketika kita berhenti waktu tak akan menunggu kita untuk mulai lagi, kita terlambat dan blank. Kita berhenti disitu selamanya. Aku hafal rasa ini kawan, rasa sakit dikecewakan waktu, ah lebih tepatnya dikecewakan dia.

Hanya saja tak selamanya tahu itu berbentuk kotak, seiring waktu berjalan manusia dan hidupnya akan berbenah, berbenah agar tak terlambat lagi. Begitupun pandanganku mengenai titik,  tak semuanya dalam hidup bisa terus-menerus konstan, fluktuatif adalah sifat kehidupan. Ada sisi yang tak bisa aku lihat dari titik pada awalnya, entah aku buta atau memang manusia terlalu pintar melihat hanya pada satu sisi saja, melihat sekilas dan seolah-olah mengerti semuanya. Itu mengapa aku sebut ungkapan diatas sebagai ungkapan paling sengsara, naïf. Itu yang terjadi ketika aku melihat titik, melihatnya sekilas dan langsung menjudgenya buruk karena tak sesuai dengan cara kerjaku, sebenarnya ada pengalaman tersendiri, lain kali mungkin. Aku memang benar bahwa titik tak efisien, titik buang-buang waktu, yah aku benar, manusia selalu benar. Tapi cara kerjaku lebih tidak efisien dan lebih buang-buang waktu, setidaknya itu jawaban yang aku dapat, jawaban yang mungkin sengaja menghantamku keras-keras dan membangunkan pandanganku hingga bisa melihat titik secara utuh.
Jawaban itu namanya kegagalan, aku sudah terbiasa dengan kata itu setidaknya setahun ini. Bahkan aku mulai berpikir untuk membuatnya sebagai tambahan nama belakangku. Hanya saja mungkin ini memang jalanku, aku mengerti artinya kegagalan sebagaimana aku mengerti arti titik, kali ini dalam konteks yang seutuhnya.  Orang-orang menyebut kegagalan sebagai kesuksesan yang tertunda, tapi…

“kegagalan adalah persimpangan antara berhenti dan coba lagi”

Ya menurutku didalam kegagalan tidak ada garansi kesuksesan, tapi pada dasarnya hidup yang selalu memberikan pilihan sehingga kita bisa dengan leluasa memilih berhenti atau coba lagi ? ini adalah dasar yang membuatku mengerti mengenai titik,

“titik tak selalu mengenai berhenti tapi juga bagaimana memulai lagi”

Kecerobahan, itu yang aku lakukan selama ini, aku sudah lupa bahwa berhenti itu kadang perlu, bahkan berhenti itu bukan lagi sebagai alasan tapi keharusan. Ketika kita gagal berarti kita telah menemukan titik lain dari kehidupan kita, kita bisa saja berhenti disitu atau karena kita sudah di titik itu mengapa tak lanjutkan saja garis kehidupan kita kali ini dengan cara yang berbeda karena kita sudah berhentti, berhenti tak lagi berarti sebagai waktu untuk berkeluh kesah tapi waktu untuk menyusun rencana dan menerapkannya disaat yang tepat. Waktu memang tak pernah menunggu kawan, hanya saja waktu selalu rajin memberi kita kesempatan, dan jangan lupakan hidup yang selalu memberi kita pilihan.


Dan yang terpenting tuhan yang selalu memberi kita segalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar