Ya, satu kali lagi kita begitu dekat dengan sebuah pencapaian tapi akhirnya lagi-lagi GAGAL. Aku berbicara tentang Indonesia tentang TIMNAS INDONESIA kebanggaanku, malam itu lagi lagi aku gegap gempita kembali menyaksikan garudaku, Indonesia, berdiri di final meskipun itu hanya sebatas AFF U-16, inginku jelas, pada akhir peluit nanti “Indonesia raya” dapat mengangkasa dengan gagah sendirian dipuncak sana. Keingannku rupanya akan benar-benar menjadi kenyataan ketika 90 menit Indonesia memimpin 1-0, yah tapi garis nasib berbelok sedikit ketika pada masa injury time lawan mendapatkan hadiah penalti yang akhirnya memaksakan hasil imbang. Euphoria kemenangan kembali berdengung ketika pada adu pinalti indonesia hanya butuh satu gol lagi untuk juara, tapi lagi-lagi nasib terlalu berat mengikuti keinginanku, tiga penendang Indonesia selanjutnya gagal dan itu berbanding terbalik apa yang dilakukan oleh lawan, akhirnya lagi indonesiaku yang tertunduk paling akhir. Sekali lagi aku harus menerima indonesiaku hanya berlabel hampir juara saja, aku tak mau membahas lawan Indonesia tersebut karena kalian sudah pasti mengenalnya, yaa sangat-sangat mengenalnya. Bila kalian adalah pendukung Indonesia sejati pasti kalian akan sangat sakit hati dengan lawan yang satu ini, bagaimana tidak dua final sebelum ini Indonesia selalu dijegal dengan “sempurna” oleh lawan yang satu ini, siapa lagi kalau bukan. Singa Malaya. Malaysia. Saudara dekat kita. Sakit hatiku bukan sakit hati yang berarti membenci secara gamblang apapun tentang Malaysia, sakit hatiku sebatas sakit hati akan sebuah pertandingan dan kembali baik ketika pertandingan selesai, seharusnya setiap suporter sepakbola bisa menjunjung tinggi apa yang namanya sportifitas itu.
Kembali soal Indonesia, setiap orang yang mencintai pasti akan merasakan rindu
apa lagi ketika kita sadar bahwa cinta kita belum terbalas, rindunya akan jadi
rasa sakit, sakit yang luar biasa. Mungkin itu yang aku rasakan, rinduku pada
Indonesia ini, terutama kepada timnasnya, rindu akan hadirnya sebuah gelar
juara, aku bahkan sudah lupa kapan terakhir sebuah gelar juara sepak bola
mampir di pangkuan ibu pertiwi ini, meskipun ayahku pernah bilang bahwa
Indonesia pernah menJUARAi sepak bola sea games 1991, tapi aku tentu saja belum
lahir pada saat itu, aku rindu dengan euphoria juara yang kata ayahku pada 1991
begitu manis dirasakan. 17 tahun aku menyukai sepak bola sekaligus menjadi
penikmatnya, tapi 17 tahun juga aku menjadi perindu timnas kebanggaanku memberi
euphoria juara itu. Mungkin aku memang harus menunggu yaa menunggu memang
membosankan tapi apalah arti menunggu jika kita benar-benar mencintai apa yang
kita tunggu. Akulah perindu itu INDONESIA, perindu yang akan mendukungmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar