Pages

Senin, 04 Agustus 2014

(Bukan) Sajak Untuk Kekasih 1

Kekasih,
Pagi buta ini aku buka jendela kamarku berharap nafasku dan nafasmu bisa bertemu di troposfer atau paling tidak mereka bisa bertemu di stratosfer, jangan sampai ionosfer kekasih karena aku yakin mereka akan megap-megap disana.
Ah ini bukan pelajaran astronomi kekasih, sumpah bukan.
Apa? Kau bertanya mengapa pagi buta?
Tidak kekasih pagi tidak cacat, itu cuma kiasan untuk menggambarkan betapa butanya cintaku, itu cuma kiasan tapi itu bisa jadi kenyataan karena aku paling suka bernafas di pagi buta. Karena ketika pagi buta oksigen sedang murni-murninya, dan kau seperti oksigen kekas...
Ah tak jadi
Kenapa?
Aku tak mau kau jadi oksigen kekasih, oksigen bisa membakar paru-paruku kekasih. Sebenarnya tak masalah jika kau bakar paru-paruku, toh ragaku sudah terbakar api cintaku padamu.
Oh maaf maaf kekasih aku tak sedang mengguruimu pelajaran biologi, sungguh.
Tapi kalau kau jadi bakar raga ini, aku harap kau membakarnya sedikit demi sedikit kekasih karena aku ingin merasakan apinya dari setiap milimeter sel-selku.

Kekasih,
sebenarnya jika aku pantas memanggilmu seperti itu.
Jika kau mendengar perkataan orang tentang diriku, dengarlah kekasih. Jangan kau tutup telingamu, ini negara demokrasi kau pantas mendengarnya. Kemudian jika yang kau dengar burukku maka berjanjilah kau akan mempercayainya dan tapi jika kau mendengar baikku (kalau ada) maka pastikan dulu orang yang mengatakannya bukan dari timses pemiluku.
Sial! Aku terbawa suasana politik negeri ini kekasih. Maaf.
Kau bertanya pemilu apa? Apa aku ikut pemilihan capres?
Ah ternyata kau juga menyukai politik ya, kekasih?
Pemiluku tak sama dengan pemilu mereka, pemiluku adalah pemilumu juga kekasih.
Mengapa?
Ya, karena aku ikut pemilu untuk menjadi presiden di hatimu kekasih, untuk menjadi pemimpinmu di masa depan kelak, untuk menjadi...
PLAKKK!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar